
Rektor Universitas Gunadarma, Prof. Dr. E. S. Margianti, SE., MM | tribunnews
Masih ingat video yang viral beberapa hari lalu, tentang bullying mahasiswa Universitas Gunadarma?
Peristiwa itu mendapat perhatian luas secara nasional hingga pihak istana berbicara, termasuk mentri terkait. Sejumlah artis juga menyesalkan kejadian tersebut. Netizen lebih geram lagi, bahkan ada yang mengancam para pelakunya jika betemu di jalan.
Heboh jagad dunia maya itu, didokumentasikan dalam sebuah video berdurasi 1 menit 30 detik. Lantas, video juga telah ditonton sekitar 138 ribu lebih kali.
Dalam video yang beredar luas itu, Muhammad Farhan, mahasiswa Universitas Gunadarma, Depok, Jawa Barat mendapatkan perlakukan dugaan aksi perundungan atau bullying dari teman mahasiswanya.
Aksi bullying ini terekam dalam sebuah video dan beredar di media sosial. Dalam video tersebut tas Muhammad Farhan ditarik oleh seorang mahasiswa.
Muhammad Farhan pun berusaha untuk melepaskan diri hingga terhuyung.
Akhirnya Muhammad Farhan berhasil lepas dan sempat melemparkan tong sampah kepada pelaku.
Para mahasiswa lainnya yang melihat kejadian ini bukannya menolong malah ikut menonton sambil bertepuk tangan.
Menanggapi hal ini, Rektor Universitas Gunadarma, Prof. Dr. E. S. Margianti, SE., MM menyatakan, sepertinya apa yang dilakukan oleh mahasiswanya itu adalah sekedar bergurau dan menggoda.
Ada tiga pelaku yang melakukan hal itu dan anak yang disebut dalam video itu, normal, bukan berkebutuhan khusus. Atas hal ini, keluarga tidak terima anaknya disebut seperti itu.
"Mahasiswa kami tidak autis. Mungkin sepertinya fotonya agak autis. Tapi dia itu lolos tes kesehatan dan anti-narkoba. Bahkan, IPK nya 3,07. Satu di antara tiga yang menggoda pun ada yang kalah IPKnya," ucap Margianti saat berada di STMIK Primakara Denpasar Bali, Selasa (18/7/2017) kepada awak media.
Dengan hal itu, pihaknya mengaku bahwa human interest di masyarakat Indonesia cukup tinggi. Artinya, masyarakat sangat melindungi orang berkebutuhan khusus.
Kemensos sudah mengirimkan Dirjen untuk menangani kasus ini. "Pihak keluarga menyerahkan pada kampus, supaya mengurus dengan baik. Dan keluarga tidak mau melakukan penuntutan hingga berujung kriminal."
"Karena memang itu sekedar bercandaan antara teman-teman sendiri."
"Tapi yang perlu diketahui, bahwa cukup besar empati masyarakat terhadap orang berkebutuhan khusus, dan ini baik," ungkapnya.
"Tapi kasus kemarin, memang murni bercanda. Dan mahasiswa kami bukan berkebutuhan khusus," imbuh Margianti.
Dalam hal ini, memang pihaknya belum menyeluruh mengetahui mengenai perkembangan dari mahasiswa yang bersangkutan karena masih di semester pertama. Tapi, pihaknya memang ada sistem monitoring, atau portofolio, rekaman bagaimana kegiatan belajar seorang mahasiswa di dalam kampus.
"Kalau dia belum ada, karena semester satu. Tapi kami ada sistem record dan monitoring terhadap mahasiswa," tegasnya.
Margianti mengungkapkan, dengan hal ini, maka yang harus dipetik adalah membangkitkan kepedulian terhadap anak berkebutuhan khusus dan itu menjadi konsen semua pihak. Semua yang terlibat akan dikenai sanksi oleh pihak kampus.
"Pastinya ada hukuman, ya, atas perbuatan itu. Dari yang mengambil video dan orang yang melakukan," bebernya.